Jumat, 10 Februari 2012

Thawaf-nya Manusia


Thawaf-nya Manusia
Secara jasmani, manusia merupakan bagian dari alam yang pada awal penciptaannya telah berjanji akan taat kepada-Nya. Maka, manusiapun turut dalam proses alam, termasuk ber-thawaf bersama tumbuhan dan binatang mengitari poros bumi, walau kadang-kadang tidak menyadarinya.
Pada hari perhitungan kelak, yang mesti dipertanggungjawabkan manusia bukanlah dimensi jasmaninya, melainkan dimensi ruhaninya. Sebab, jasmani manusia sebenarnya telah taat kepada ketentuan Allah. Ketika terpeleset, jasmani manusia akan jatuh tertarik gravitasi bumi. ketika terkena wabah penyakit, jasmani manusia bisa rusak. Ketika mati, jasmani manusia manusia pun akan hancur dalam proses pembusukan. Itulah contoh ketaatan jasmani manusia.

Namun, secara rohani manusia berpotensi untuk ingkar janji karena adanya hawa nafsu. Janji ketaatan berdasarkan pengakuan Allah sebagai penciptanya sering dilupakan manusia. Haji sebagai puncak ibadah mengingatkan akan janji awal manusia untuk taat, sebagai mana alam semesta memenuhi janjinya untuk taat kepada-Nya. Dalam ibadah haji, thawaf dapat mengingatkan jiwa manusia untuk taat kepada Allah sebagaimana alam pun taat pada penciptanya.
Bagi diri manusia, pelaksanaan thawaf tujuh kali merupakan simbol ketaatan dirinya eperti taatnya benda-benda langit yang ber-thawaf tiada henti. Tetapi, bila dilihat sebagai kelompok, manusia yang ber-thawaf silih berganti tiada henti, akan tampak seperti miniatur anggota tata surya yang sedang mengitari matahari. Atau seperti bintang-bintang yang sedang mengitari pusat galaksi. Wallahu a’lam bish shawab. [disadur dari artikel Prof. T. Djamaluddin berjudul “Bukti Ketaatan Makhluk pada Khaliknya : Alam pun Berthawaf”,dimuat di HU Pikiran Rakyat, 23 Maret 1998]

Sumber : www.salmanitb.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar