Sabtu, 28 April 2012

Bersamamu

“ Langitnya indah ya, “

“ Iya, banyak bintang yang terang, bulannya juga pas purnama “

Malam ini perasaanku bercampur aduk. Entah bagaimana aku mendeskripsikannya. Bingung. Bersama gelisah yang tak lupa menyelimuti aku sekarang. Bersama dingin yang setia menemani angin malam. Bersama aku dan dia.

Taman ini jauh dan sepi. Jauh dari hiruk pikuk kota. Sekitar 14 km dari St. Road Abbey 55 ke utara. Jauh dari polusi cahaya yang setiap malam aku pandang. Jauh dari bising kendaraan yang selalu membuat aku pusing. Tapi tak membuat ku jauh dari semua perasaan gelisahku. Iya, gelisah. Entah.

“ Aku ga akan lama kok perginya :)

Aku terdiam. Tak tahu harus berkata apa. Dalam hati ku tak bisa menerima kenyataan ini. Tapi harus bagaimana lagi, ini adalah kehidupan. Kita tidak bisa melawan kefatamorganaan ego untuk sebuah realita. Terlalu berat memang. Terlalu mudah juga untuk ku bisa menolak ini semua. Terlalu.

“ Alice “

“ Iya, ada apa rick? “

“ Kamu ga lama kan perginya ? “

“ Engga, aku janji :)

Hati ini berdesir lagi. Berdesir mendengar kata-katanya. Aku harus percaya, harus. Ku pegang tangannya. Ku pegang erat-erat. Menegaskan bahwa aku belum siap untuk semua ini. Aku tak ingin pisah darinya. Dia pun hanya tersenyum. Hati ini berdesir lagi.

“ Semua akan baik-baik saja, dear :)

  Iya “ . terlalu berat untuk mengucap terlalu banyak kata. Tak sampai hati.

“ Eh, lihat itu Rick, ada bintang jatuh di utara ! “

“ Amazing view ! “

Bintang jatuh. Sebuah kesempatan untukku. Kesempatan untuk melakukan hal seperti yang dilakukan orang-orang kebanyakan. Make a wish. Iya, untuk saat ini, aku hanya bisa melakukan itu, untuk melawan realita. Aku memejamkan mata, membuat permintaan yang aku sendiri berat untuk mengatakannya. Aku takut untuk memohon itu. Aku tak bisa egois. Aku tak  bisa membuat permintaan agar Alice tetap disini. Sekarang, besok, selamanya. Sungguh egois. Dan yang bisa aku pinta hanyalah agar dia tetap setia denganku, meskipun jauh jarak antara aku dan dia. Agar dia tak bosan mengisi hatiku dan tak jemu bersamaku.

Ku kecup keningnya, dan dia pun tersenyum menatapku.

“ Alice “

“ iya rick, ada apa ? “

“ lihat bintang itu “

“ iya, kenapa ? “

“ aku ingin kamu seperti bintang itu “

“ emangnya kenapa ? “

“ bintang itu, meskipun jaraknya bertahun cahaya dari sini, tapi dia tetap setia untuk menghiasi bumi ini dengan cahayanya. Aku ingin kau seperti itu, kepadaku “

“ As you wish, dear :)

“ dan bintang itu, you see, tetap indah walau dia jauh. Seperti kamu, Alice :) . I love you “

“ Love you, too, dear :). Thanks for being my love “

Air mata alice pun menetes. Ditemani dingin yang makin menyesak, ku peluk dia. Ku dekap ia hingga agar tak kedinginan. Agar dia tak lupa dengan ku nanti. Tak lupa dengan dekapanku. Aku.

Dalam hati ku, aku berkata,
Bersama hujan, aku sampai tak dapat melihat titik-titik air hujan
Bersama siang, aku sampai tak dapat merasakan panasnya terik matahari
Bersama malam, aku sampai tak dapat merasakan dingin angin malam yang berhembus
Bersama bulan dan bintang, aku sampai tak dapat melihat cahaya terang dalam gelapnya malam
Tapi bersamamu, aku dapat melihat ketulusan cintamu dari kilau matamu, dan merasakan
 hangatnya kasih sayangmu dari dalamnya hati kecilmu.
I love you, MyRabbit.

"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar