Minggu, 11 Maret 2012

geniustupid 2 : Ujian Fisika - Niels Bohr


Ujian Fisika di Universitas Kopenhagen

Alkisah, ketika sebuah ujian Fisika dilangsungkan di Universitas Kopenhagen,
Denmark.

Seorang mahasiswa ditanya, "Jelaskan bagaimana menetapkan tinggi suatu
... bangunan pencakar langit dengan menggunakan sebuah barometer!" Dia
menjawab "Ikatlah suatu tali panjang pada leher barometer, lalu turunkan
barometer dari atap pencakar langit sampai menyentuh tanah. Panjang tali
ditambah panjang barometer akan sama dengan tinggi pencakar langit."
Jawaban yang luar biasa orisinilnya ini membuat pemeriksa ujiannya
begitu geram sehingga akibatnya mahasiswa tidak diluluskan. Kemudian dia naik
banding atas dasar bahwa jawabannya tidak bisa disangkal kebenarannya,
sehingga universitas menunjuk seorang arbiter yang independen untuk
memutuskan kasusnya.

Arbiter menyatakan bahwa jawabannya memang betul-betul benar,
hanya saja tidak memperlihatkan secuil pun pengetahuan mengenai ilmu fisika.
Untuk mengatasi permasalahannya, disepakati bahwa sang mahasiswa akan
dipanggil, serta akan diberikan waktu enam menit untuk memberikan jawaban
verbal yang menunjukkan paling tidak sedikit latar belakang pengetahuannya
mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu fisika.

Selama lima menit, si mahasiswa tersebut duduk tepekur, sampai dahinya
terlihat berkerut. Arbiter mengingatkan bahwa waktu sudah sangat terbatas. Dia
menjawab bahwa ia sudah memiliki berbagai jawaban yang sangat relevan,
tetapi nggak bisa memutuskan yang mana yang akan dipakai.
Saat diingatkan hakim untuk segera menjawab, mahasiswa itu kemudian
berkata, "pertama-tama, ambillah barometer dan bawalah sampai ke atap
pencakar langit. Lemparkan melewati pinggir atap, dan ukurlah waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai tanah. Ketinggian bangunan bisa dihitung dari
rumus H = 0.5g x t2. Tetapi ya sayang barometernya."
 
 
"Atau, bila matahari sedang bersinar, anda bisa mengukur tinggi
barometer, tegakkan diatas tanah, dan ukurlah panjang bayangannya. Setelah
itu, ukurlah panjang bayangan pencakar langit, sehingga hanya perlu
perhitungan aritmatika proporsional secara sederhana untuk menetapkan
ketinggian pencakar langitnya."

"Tapi kalau Anda betul-betul ingin jawaban ilmiah, anda bisa mengikat
seutas tali pendek pada barometer dan menggoyangkannya seolah pendulum,
pertama di permukaan tanah kemudian saat diatas pencakar langit. Ketinggian
pencakar langit bisa dihitung atas dasar perbedaan kekuatan gravitasi T = 2π
akar dari (l/g)."

"Atau kalau pencakar langitnya memiliki tangga darurat yang eksternal,
akan mudah sekali untuk menaiki tangga, lalu menggunakan panjangnya
barometer sebagai satuan ukuran pada dinding bangunan, sehingga tinggi
pencakar langit sama dengan penjumlahan seluruh satuan barometernya pada
dinding pencakar langit."

"Bila Anda hanya ingin membosankan dan bersikap ortodoks, tentunya
Anda akan menggunakan barometer untuk mengukur tekanan udara pada atap
pencakar langit dan di permukaan tanah, lalu mengkonversikan perbedaannya
dari milibar ke satuan panjang untuk memperoleh ketinggian bangunan."
"Tetapi karena kita senantiasa ditekankan agar menggunakan kebebasan
berpikir dan menerapkan metoda-metoda ilmiah, tentunya cara paling tepat
adalah mengetuk pintu pengelola gedung dan mengatakan 'Bila Anda
menginginkan barometer baru yang cantik, saya akan memberikannya pada
Anda jika anda memberitahukan ketinggian pencakar langit ini'."
 
Mahasiswa itu adalah Niels Bohr (1885 - 1962), ahli fisika Denmark yang
meraih Nobel fisika tahun 1922. Pada tahun 1913 ia menerapkan konsep mekanika
kuantum untuk model atom yang telah dikembangkan Rutherford, yang
menggambarkan bahwa atom tersusun dari inti atom (nucleus) yang dikelilingi
oleh orbit elektron.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar