Jumat, 02 Maret 2012

Dakwah Fardiyah


da`wah merupakan suatu aktivitas yang begitu dekat dengan kehidupan kaum muslimin sampai hampir seluruh lapisan masyarakat (masyarakat kampus pada khususnya) terlibat didalamnya, namun sayang dalam pelaksanaannya terkadang kita lupa akan tata cara kepada siapa kita berda`wah apakah ia orang yang masih awan dari islam ataukah orang yang sudah paham tentang islam..
sering kali kita menvonis orang bahwa yang dilakukannya salah tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan sebabnya atau memfonis sesama muslim bahwa dia kafir tanpa melihat landasanya dia berbuat demikian atau mungkin ilmu kita yang belum sampai.
dalam da`wah ada bebrapa faktor umtuk mencapai keberhasilan dalam da`wah, yakni : hendaknya seorang da`i harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang islam, pemahaman tentang mad`u (objek da`wah) baik itu berupa karakternya, pola fikirnya dan sebagainya sehingga ia akan mudah mengarahkan mad`unya dan dapat terjalin hubungan yang kuat antara dirinya dengan mad`u tersebut sehingga sang mad`u percaya kepada dirinya. 
hendaklah seorang da`i memiliki keimanan yang kuat kepada allah yang maha kuat, tidak menyadarkan diri kepada yang selain-NYa percaya bahwa allah adalah dzat yang berhak disembah. Serta dengan kecintan yang kuat sampai cintanya hanyalah milik allah semata sehingga  apa yang dilakukanya hanyalah untuk mencari ridho Allah disamping itu ia harus kerja yang continue dan bersungguh-sungguh seperti dalam firman Allah “maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain” (Q.S. Alam Nasrah : 7)
ada berapa strategi dalam dakwah fardiyah seperti yang dialami oleh salah seorang senior angkatan 99 dikampus stttelkom yang sekarang beliau menjadi ketua kamda (kammi daerah) bandung, pada tahun99 kammi telkom baru berdiri dimana kadernya hanya 3 orang yang masing-masing menduduki posisi sebagai ketua, kastra dan kaderisasi yang masing angkatan 97. untuk mencari calon kader mereka menyusun strategi yakni malalui dakwah fardiyah yang diimplementasikan pada awal tahun ajaran baru, startegi mereka adalah mencari sejumlah target pada masa ospek (disini namanya PDKT), mereka berkumpul di masjid, mendatangi mereka ke kamar-kamar asrama hanya untuk berta`ruf dengan mahasiswa baru, dalam masa ta`ruf itu, senior ane yang angkatan 99 (sebut saja namanya si A) seperti seorang raja yang selalu dilayani sehingga akhirnya dia merasa dekat dengan angkatan 97 tersebut (sebut saja namanya si B). Pada awalnya si A tersebut masuk kammi hanya karena ada si B didalamnya (penokohan tepatnya) dan bisa dibilang si A ini “dijebak” oleh si B untuk menyebarkan formulir kammi kepada teman-temannya padahal bisa dibilang dia itu pada masa smanya “anak gaul” dan tidak tahu tentang kammi sedikitpun.
Jadi hendaknya seorang da`i dalam mengajak orang lain untuk mengenal islam harus dilakukan dengan sabar dan bertahap tidak bisa langsung jadi, semuanya itu butuh proses seperti seorang dokter yang dengan sabar mendiagnosa penyakit pasiennya dan memberikan “ obat yang tepat “ yang sesuai dengan penyakitnya, seandainya ada orang yang masih tingkat dasar dalam membaca alqur`an dan ia terbata-bata dalam membacanya maka janganlah menyinggung kesalahannya dan membuat dia berat perasaan akan tetapi ajarilah secara bertahap dan berikan semangat kepadanya dengan menyampaikan hadist ”orang yang kesulitan membaca alqur`an dan merasa berat itu mendapat dua pahala yaitu pahala membaca dan pahala susah payahnya” dengan begitu engkau telah membawanya dalam suasana seakan-akan kamu juga pernah mengalaminya seperti yang dia alami sekarang sehingga mudah baginya dalam menerima ketentuan Allah dan kesulitanpun tidak lagi dirasakan disamping itu Ia harus mampu menjadi teladan bagi objek da`wahnya seperti terdapat pada selogan berikut ini “perbaiklah dirimu, kemudian ajaklah orang lain” dan ”tegakkan islam dalam hatimu niscaya ia akan tegak di bumimu” .
Proses pertama kali adalah berkomunikasi dengannya dengan cara ta`ruf dengan bahasa yang mereka pahami, buatlah ia senyaman mungkin berbicara sehingga ia menjadikan da`i tersebut sebagai ‘kakak sekaligus teman’ baginya dan ia tidak ragu-ragu lagi berbicara pada da`i tersebut sampai pada masalah pribadi sekalipun, ingat “kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda”.
Kalau proses ta`ruf sudah dilakukan dengan baik maka bisa dilakukan proses pembebanan kepadanya tapi yang harus dingat secara bertahap dan dimulai dengan perkenalan kepadanya tentang rabb(yang menciptakan, membri rezeki dan memelihara) mereka, agar mereka beribadah kepada-Nya, perkenalan akan kahir perjalan hidup yang selalu mananti diakhirat.
  Yang harus selalu dingat oleh seorang dai hendaknya ia selalu mengupgrade dirinya baik itu pada fikriyah, jasadiyah, serta batiniyah sehingga ia mempunya bekal yang akan diberikan kepada mad`unya, bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki sesuatu bisa memberikan sesuatu kepada orang lain.
Landasan lainnya adalah masalah doa dan kesabaran. Dakwah itu sifatnya mengajak, namun Allah SWT jualah yang akan memberikan hidayah kepadanya. Kita tidak punya otoritas untuk memberi hidayah.
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(QS. Al-Qashash : 56).
Jadi doakanlah objek dakwah fardiyah Anda setiap hari dan bersabarlah atas proses sunnatullahnya. Karena tugas Anda hanya menyampaikan dan berusaha berdakwah. Anda tidak bertanggung-jawab untuk memberinya hidayah.


Reference: fiqh da`wah ( intermedia ) karya jum`ah amin abdul aziz
Penyusun jundi_st03


Tidak ada komentar:

Posting Komentar